Tag

, , ,

Nafas Albert memderu. Beberapa botol bir telah ditenggaknya. Jam menunjukan hampir tengah malam, ia bergegas untuk menyelinap masuk istana. Disiapkannya beberapa alat untuk menunjang aksinya malam ini.

Beberapa pengawal istana dilumpuhkannya dengan cepat. Berbekal ilmu bela diri seadanya ia mencoba melumpuhkan beberapa pengawal tanpa suara.

Tiba-tiba Dorr.. Sebuah peluru menembus tangan bajunya yang lebar.

Seorang pengawal istana mengejar Albertus namun setelah beberapa langkah …

Slurp

Darah segar mengalir dari leher pengawal istana. Dibelakangnya ada lelaki berwajah tampan. Tangannya menggenggam sebuah pisau yang berlumuran darah.

“Pergilah… Bersama Alicia” ucap lelaki itu.

“T..Terima kasih”

Hingga akhirnya Albertus sampai dikamar Alicia yang luasnya tiga kali rumahnya.

“Albert.. Bagaimana bisa kamu sampai disini?”

“Ayo.. Pergilah bersamaku” ucap Albert.

“T..Tapi aku takut”

“Jangan takut, Aku akan melindungimu sebisaku.”

Mereka berdua berlari ke hutan belakang istana. Para pengawal istana mengejar Albert yang membawa kabur putri raja. Ditangannya dua buah pistol yang diambilnya dari pengawal yang ia bunuh.

“Alicia. Tolong pegang ini” ucap Albert sambil memberikan sebuah pistol.

“Bunuh Diaa!” ucap seorang ajudan.

Mereka berlari ke tengah hutan hingga sampai disebuah jurang yang dibawahnya mengalir sungai yang deras.

“Bagaimana ini” rintih Alicia.

Dari kejauhan mereka tampak lampu para pengawal beserta raja mendekat kearah mereka.

“Jangan takut, kita pasti bisa lari” ucap Albert seraya memberikan kecupan dikening Alicia.

“Itu dia. Ayo tangkap dan bunuh diaa!!”

Tiba-tiba Dor.. Dor

Mereka berdua terjatuh kesungai dengan peluru yang bersarang dikepala masing-masing.